PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM– Perayaan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-171 tahun ini di Bangka Belitung justru diwarnai noda hitam yang mencengangkan. Kasus dugaan perseteruan antar dokter spesialis jantung, Surya Hardriansyah Putra, telah mengguncang Bumi Serumpun Sebalai dan bahkan menjadi sorotan nasional. Bagaimana mungkin, di tengah mulianya profesi yang seharusnya mengedepankan persatuan dan pelayanan, justru muncul aroma ‘saling sikut’ yang begitu menyakitkan?. Jumat,(9/5)
Publik Bangka Belitung tak menyangka, institusi kesehatan yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan nyawa, justru diwarnai intrik yang diduga kuat berakar dari ‘virus’ senioritas dan junioritas. Ironisnya, di saat masyarakat sangat membutuhkan uluran tangan para ahli medis, khususnya dokter jantung, yang terjadi justru sebaliknya. Kepercayaan masyarakat terhadap citra dokter di Bangka Belitung kini terancam terkikis akibat ego dan arogansi segelintir oknum.
Kasus ini bukan sekadar persoalan internal organisasi profesi, melainkan telah menjelma menjadi ‘noda merah’ bagi dunia kesehatan secara nasional. Bagaimana mungkin etika profesi yang luhur tercoreng oleh perilaku yang saling menjatuhkan antar sesama rekan sejawat? Sungguh sebuah ironi yang memilukan.
Menyikapi situasi yang memprihatinkan ini, Wakil Ketua IDI Kota Pangkalpinang, dr. Buntoro, dengan tegas mengingatkan akan pentingnya etika dalam dunia kedokteran. Beliau menekankan bahwa etika kedokteran adalah fondasi utama yang harus dijunjung tinggi di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.
“Apapun kasus yang menimpa teman sejawat, harus saling tabayun, jangan saling menjatuhkan satu sama lain. Berikan kritik dan saran yang membangun, berikan solusi bila ada problem,” ujar dr. Buntoro, menyiratkan keprihatinannya yang mendalam.
Pernyataan dr. Buntoro seolah menjadi oase di tengah gurun pasir perseteruan. Kata-kata bijaknya mengingatkan kembali akan esensi persaudaraan dan profesionalisme yang seharusnya menjadi ruh dalam setiap tindakan seorang dokter.
Kini, masyarakat Bangka Belitung menanti dengan cemas kelanjutan kasus ini. Harapan satu-satunya adalah agar kebenaran segera terungkap dan para pihak yang bersalah dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Lebih dari itu, momentum Hari Bakti Dokter Indonesia ini seharusnya menjadi refleksi mendalam bagi seluruh insan kesehatan di Bangka Belitung, untuk kembali merajut persatuan, mengedepankan etika, dan melayani masyarakat dengan setulus hati. Jangan biarkan ‘noda merah’ ini terus membekas dan merusak citra mulia profesi dokter.(Yuko)