Makam Mayor D.W. Becking, Komandan Militer Belanda di Bangka. Misteri Kematian dan Sejarah yang Terkubur

PANGKALPINANG, PERKARANEWS.COM – Di tengah hiruk pikuk pemukiman warga Sungaiselan, Kabupaten Bangka Tengah, berdiri megah sebuah saksi bisu sejarah kolonial, makam Mayor D.W. Becking, seorang Komandan Militer Belanda di Bangka pada pertengahan abad ke-19. Makam unik ini, yang kini berjarak ratusan meter dari kantor Polsek Sungaiselan, menyimpan kisah pilu dan misteri kematian yang menarik untuk ditelisik.

Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, seorang sejarawan dan budayawan terkemuka dari Bangka Belitung, membedah informasi penting dari jirat marmer putih pada makam tersebut. Terukir jelas: “Hier rust D.W. Becking, Majoor der Infantrie Militaire Kommandant van Banka, Ridder Der Militaire Willems Orde.geb.:te Woer dt 12 Maart 1803, overl.: te Soengeislan 25 February 1851”.

Terjemahan bebasnya: “Di sinilah beristirahat D.W. Becking, Mayor Infantri Komandan Militer Bangka, dianugerahi Bintang Militer Willems Orde (Bintang Tundjung): Lahir di Woer, pada tanggal 12 Maret 1803, meninggal dunia di Sungaiselan tanggal 25 Februari 1851.”

Kematian Mayor D.W. Becking bukan tanpa jejak. Sebuah surat krusial yang dikirimkan oleh Ajudan Letnan Satu Van Harreveld kepada Jenderal Ekspedisi Komandan Militer Hindia Belanda pada 25 Februari 1851, Nomor La. A/35, menjadi kunci. Surat yang ditulis dari Sungaiselan itu melaporkan kondisi kesehatan yang memburuk di kalangan pasukan, termasuk D.W. Becking sendiri yang terus menerus menderita demam. Bahkan, Letnan Dua Van der Schrieck harus dievakuasi ke Muntok karena penyakit yang sama.

Penting untuk dicatat, surat ini bertanggal sama dengan tanggal kematian Mayor Becking. Ini mengindikasikan bahwa Mayor Becking meninggal dunia setelah mengalami sakit keras, sebagaimana dicatat dalam laporan tersebut.

Bentuk makam D.W. Becking yang besar dan tinggi telah menciptakan cerita rakyat yang unik. Masyarakat setempat menjuluki makam ini sebagai “makam Orang Belanda yang mati berdiri”. Oral story yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa Mayor Becking tewas disambar petir, sebuah narasi yang kontras dengan informasi historis yang tersedia.

Fakta medis dan kondisi pasukan yang dilaporkan dalam surat Van Harreveld mengarah pada kesimpulan bahwa Mayor Becking kemungkinan besar meninggal karena sakit, bukan akibat tersambar petir. Kondisi geografis Sungaiselan yang kerap mengalami cuaca ekstrem mungkin menjadi salah satu faktor yang memicu mitos tersebut.

Laporan Ajudan Letnan Satu Van Harreveld semakin diperjelas dalam Surat Militair Departement No. 2, markas besar Batavia, tertanggal 13 Maret 1851. Surat ini ditujukan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan berisi konfirmasi dari komandan militer Bangka mengenai laporan Van Harreveld.

Pada butir “f” dalam surat tersebut, ditegaskan: “dat de ziekte – toestand der troepen nog niet verbeterde, en koortsen steeds heerschende bleven waaraan ook de Militaire kommandant zelf bij dende was.” Terjemahannya: “bahwa keadaan tentara yang sakit belum membaik, tetap demam, batuk, di mana Komandan Infantri juga menderita sakit.”

Pernyataan ini dari Jenderal Infantri Komandan Pasukan Hindia semakin menguatkan bahwa Mayor D.W. Becking wafat akibat penyakit yang mewabah di kalangan pasukannya saat itu. Makamnya bukan hanya penanda kuburan, melainkan juga kapsul waktu yang menyimpan fragmen sejarah, mengingatkan kita pada tantangan kesehatan dan kehidupan para prajurit kolonial di tanah Bangkak.(Yuko)