PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM– Di balik hiruk pikuk kehidupan modern Pangkalpinang, tersimpan sepotong sejarah kelam yang terukir dalam nama sebuah kawasan Tangsi. Siapa sangka, area yang kini ramai ini dulunya merupakan kompleks penjara kolonial Belanda yang menyimpan cerita pilu kerja paksa dan kontrak.
Penelusuran yang dilakukan oleh Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, menunjukkan bahwa nama “Tangsi” bukanlah sekadar penanda geografis biasa. Dalam peta Res. Bangka en Onderh. yang diterbitkan oleh Topografischen Dienst pada 1928-1929, kawasan ini tercatat sebagai “Europe Wijk” atau Kawasan Eropa. Di dalamnya, berdiri megah bangunan bersejarah seperti s’Landsgevangenis (penjara) dan Kampement v/d Veldpolitie (kampement polisi lapangan).
“Masyarakat Bangka menyebut lokasi tempat bangunan tersebut dengan Tangsi,” ungkap Dato’ Akhmad Elvian.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa secara etimologis, “Tangsi” berarti lapangan, barak atau asrama (polisi/tentara) dan penjara, lengkap dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sumur untuk sumber air. Namun, asal kata “Tangsi” jauh lebih dalam dari sekadar definisi harfiahnya.
“Kata Tangsi berasal dari bahasa pekerja tambang yang menunjukkan tempat atau lokasi pertambangan tempat bekerja,” jelas Dato’ Akhmad Elvian.
Menariknya, lokasi ini sangat mirip dengan lokasi penahanan karena kerja paksa atau kerja kontrak (sinkek) yang lazim terjadi di masa lampau.
Penjara s’Landsgevangenis Pangkalpinang, seperti yang terlihat pada gambar di atas (Sumber Foto: Istimewa), menjadi saksi bisu kekejaman sistem kolonial. Ribuan pekerja, terutama mereka yang terikat kontrak atau dipaksa bekerja, merasakan penderitaan di balik jeruji besi ini.
Kini, Tangsi telah bertransformasi. Bangunan-bangunan lama mungkin telah berganti rupa, namun jejak sejarahnya tak akan hilang. Mengingat kembali toponimi ini, bukan hanya sekadar memahami asal-usul nama, tetapi juga menelusuri kembali lembaran kelam sejarah bangsa yang patut menjadi pelajaran berharga bagi generasi mendatang.(Yuko)