Nadi Tua Tunu: Ketika Kejernihan Air Menjadi Cermin Peradaban Kita

Nama : Zul Akbar

Prodi : Konservasi Sumber Daya Alam

Asal kampus : Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

PANGKALPINANG, PERKARANEWS.COM – Di tengah deru pertambangan yang kian progresif, keberadaan aliran sungai di Tua Tunu yang masih terjaga keasriannya bukan sekadar fenomena alam biasa. Ia adalah sebuah anomali yang indah, sekaligus menjadi pernyataan kuat tentang bagaimana sebuah masyarakat memperlakukan lingkungan hidupnya. Aliran air yang bening dan ekosistem yang masih hijau di sana sejatinya merupakan sebuah refleksi; sebuah cermin yang menunjukkan sejauh mana tingkat peradaban dan kepedulian kita terhadap keberlangsungan masa depan.

Bacaan Lainnya

 

Secara profesional, kejernihan sungai di Tua Tunu harus dipandang sebagai aset ekologis strategis. Di saat banyak wilayah mulai kehilangan sumber air bersih akibat industrialisasi dan kelalaian domestik, Tua Tunu justru bertahan sebagai “benteng terakhir” pertahanan alamiah. Aliran air ini bukan hanya berperan sebagai jalur irigasi atau drainase alami, melainkan sebagai indikator kesehatan lingkungan yang sangat vital. Kemampuan kita untuk mempertahankan kualitas air di tengah ekspansi pemukiman adalah bukti bahwa kemajuan ekonomi tidak harus berjalan beriringan dengan kerusakan ekologi. Ini adalah standar baru dalam pembangunan wilayah: bahwa kemakmuran sejati diukur dari seberapa jernih sungai yang mengalir di belakang rumah kita.

 

Lebih jauh lagi, potensi yang terkandung di dalam nadi Tua Tunu ini memiliki nilai ekonomi berkelanjutan melalui konsep regenerative tourism. Alih-alih mengeksploitasi alam secara masif, keasrian sungai ini menawarkan kemewahan berupa ketenangan dan udara bersih—komoditas yang kian mahal di era modern. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menciptakan sebuah model ekonomi hijau yang melibatkan masyarakat lokal, di mana perlindungan lingkungan menjadi mesin penggerak kesejahteraan. Pembangunan tempat wisata seperti Wisata Sungai Extrim dan Camping Tua Tunu Raya yang berada di daerah kawasan aliran sungai Tua Tunu Raya dapat menjadi langkah konkret dalam mengemas kekayaan alam ini tanpa sedikit pun mengusik kemurniannya.

 

Namun, estetika dan potensi tersebut membawa tanggung jawab besar yang bersifat kolektif. Menjaga sungai tetap jernih membutuhkan lebih dari sekadar apresiasi visual; ia memerlukan komitmen kebijakan yang tegas, sistem pengelolaan limbah yang terpadu, serta perubahan paradigma masyarakat dalam memperlakukan sungai sebagai beranda depan, bukan tempat pembuangan akhir. Jika kita gagal menjaga aliran ini, kita tidak hanya kehilangan pemandangan yang indah, tetapi kita kehilangan integritas kita sebagai penjaga bumi. (***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *