PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM – Bagaikan drama tanpa naskah, Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Bank Sumsel Babel (BSB) dan DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyibak tabir kejanggalan finansial yang membuat Wakil Ketua DPRD Rina Tarol berang. Bak petir di siang bolong, Rina mengungkap BSB seolah “menganaktirikan” Babel, dengan dana triliunan rupiah dan biaya promosi miliaran rupiah yang tak berdampak pada masyarakat Bumi Serumpun Sebalai. Senin,(7/7) di Ruangan Bamus DPRD Babel
Dalam nada geram, srikandi Golkar ini menyoroti angka fantastis Rp860 miliar sebagai “biaya lainnya” dan Rp62 miliar untuk biaya promosi BSB. “Biaya promosi 62 miliar tapi tidak ada yang dirasakan oleh masyarakat Babel,” cetus Rina, mempertanyakan kemana gerangan aliran dana sebesar itu. Ia heran, alih-alih mempermudah akses kredit bagi masyarakat Babel, dana BSB justru seperti “dipakai daerah lain.”
“Berarti ini hancur-hancur, karena biaya luar biasa, kenapa hasilnya tidak ada?” sentil Rina, bak pisau bedah menguliti borok. Ia khawatir, biaya-biaya tersebut hanyalah modus untuk memperkecil dividen yang seharusnya diterima pemerintah daerah. Rina juga menyoroti keanehan bunga bank yang disebutnya tidak sesuai standar “BI rate” yang saat ini berada di angka 5,5%.
Tak hanya itu, Rina Tarol juga membeberkan fakta mengejutkan mengenai empat bank Sumsel yang dananya mengendap di sektor pendidikan, serta sepuluh bank Sumsel dengan 46 debitur bermasalah. Yang lebih mengusik, ia mendapatkan informasi bahwa kredit-kredit bermasalah tersebut justru diberikan kepada koperasi di luar Babel, tepatnya di Lampung dan Jambi.
“Agak aneh Pak, KUR kami, masyarakat debitur kita pinjam, penjualan duit KUR, setelah mati di bank Sumselnya Pak. Ini aneh, ini agak sedikit aneh bank Sumselnya,” ungkap Rina dengan nada heran, mencerminkan kebingungan masyarakat terkait sulitnya akses KUR bagi debitur lokal.
Menurut penjelasan dari internal BSB sendiri, lanjut Rina, mereka seolah “tidak butuh uang kita.” Hal ini memperkuat dugaan bahwa Babel dianak-tirikan. “Segitu sedihnya kami bank Babel itu, Pak bayangin KUR-nya bank daerah itu lagi melaku,” keluh Rina, menyoroti kontrasnya perlakuan BSB terhadap masyarakat Bangka Belitung.
Menutup sesi RDP, Rina Tarol mendesak agar BSB bersikap transparan dan terbuka. Ia menuntut penjelasan rinci mengenai biaya operasional sebesar Rp860 miliar dan biaya promosi Rp62 miliar yang dianggap tidak jelas peruntukannya. “Bangunan harus terbuka, nggak bisa bangunan tertutup,” tegas Rina. Ia juga menyoroti tidak adanya promosi yang signifikan di Babel, seolah-olah biaya tersebut hanya untuk “pelatihan saja.”
Rina juga menyoroti kondisi Boko (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) BSB yang hanya 75,39%, jauh di bawah batas minimal 79,61% saat bank dalam kondisi sehat. Ini mengindikasikan bahwa BSB sedang dalam kondisi tidak sehat, yang tentu akan mempengaruhi dividen yang diterima pemerintah daerah.
Sebagai penutup, Rina Tarol berharap agar pemerintah provinsi dan kabupaten memberikan perhatian khusus pada Bank Sumsel Babel. Ia menyarankan agar dana RKUD dipindahkan jika memang tidak ada kepentingan yang signifikan dengan BSB. “Ini penting nih, tolong sampaikan ke, karena emang bapak juga bingung harusnya harus ada yang lebih kompeten untuk menjawab ini,” pungkas Rina, menanti jawaban dan tindakan nyata dari pihak BSB demi kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung.(Yuko)
I just like the helpful information you provide in your articles