PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM– Pangkalpinang, Ibu Kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tak hanya dikenal sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Jauh di masa lalu, kota ini pernah menjadi pusat hiburan malam yang ramai, ditandai dengan keberadaan berbagai bioskop dan sebuah nama pasar yang kini menjadi toponimi legendaris “Pasar Mambo”. Nama ini menyimpan kisah menarik tentang perpaduan antara industri film, kuliner khas, dan dinamika sosial masyarakat Pangkalpinang tempo dulu.
Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, seorang sejarawan dan budayawan terkemuka penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, membedah asal-usul toponimi “Pasar Mambo” ini. Menurut Dato’ Elvian, pada masa Residen Fraser, JJ Tahun 1923 di Pangkalpinang, dibentuklah NV. MEBY (Maatschappij tot Exploitatie van Bioscoppen en Ys fabrieken). Perusahaan ini bergerak di bidang eksploitasi bioskop dan pabrik es.
NV. MEBY, yang didirikan di depan notaris H.H.M.R. Scipio Blume pada 24 Januari 1924, kemudian mengelola sejumlah bioskop ternama di Pulau Bangka. Sebut saja Bioskop Hebe atau Bioskop Banteng, Bioskop Garuda, Bioskop Aurora atau Bioskop Surja, dan beberapa bioskop lainnya. Tak hanya itu, NV. MEBY juga mendirikan Restoran Kutub Utara (noordpool) yang terletak berdekatan dengan Bioskop Surja.
“Kawasan Bioskop Garuda, Bioskop Aurora, Pasar Mambo dan Restoran Kutub Utara merupakan kawasan yang ramai oleh masyarakat terutama pada malam hari karena salah satu hiburan bagi masyarakat Pangkalpinang pada waktu itu adalah menonton film di Bioskop,” jelas Dato’ Elvian.
Malam hari di kawasan ini dipenuhi hiruk pikuk pengunjung yang ingin menikmati tontonan film terbaru dan suasana hiburan yang semarak.
Nah, di sinilah letak keunikan toponimi “Pasar Mambo”. Menurut Dato’ Elvian, nama “Pasar Mambo” berasal dari dua kata: kata generik “pasar” dan kata spesifik “Mambo”.
Kata “Mambo” sendiri merujuk pada barang-barang yang dijual dengan ciri khas “baru, bagus, dan modern” pada masanya. Salah satu contoh yang paling ikonik adalah Es Mambo. Foto lama menunjukkan “Termos Es Mambo dan Es Mambo” yang menjadi penampakan termas es jadoel, tempat menyimpan es mambo yang dijual di warung-warung atau dijajakan keliling. Es Mambo, dengan kesegaran dan cita rasa manisnya, menjadi favorit masyarakat, terutama di tengah keramaian bioskop.
“Pasar Mambo awalnya ramai pada malam hari seiring dengan ramainya bioskop dan restoran Kutub Utara (noordpool),” tambah Dato’ Elvian.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keberadaan Es Mambo sebagai kuliner populer yang diasosiasikan dengan sesuatu yang “baru” dan “bagus” pada masa itu, kemudian dilekatkan pada area pasar di sekitar pusat hiburan malam, hingga menjadi nama “Pasar Mambo”.
Kini, meskipun bioskop-bioskop tua mungkin telah berganti rupa atau lenyap, dan Es Mambo modern hadir dalam berbagai varian, nama “Pasar Mambo” tetap lestari. Toponimi ini bukan sekadar penanda lokasi, melainkan museum tak terlihat yang menyimpan memori tentang kejayaan bioskop, ramainya pusat hiburan malam, serta manisnya Es Mambo yang menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut kehidupan Kota Pangkalpinang di masa lalu. Sebuah warisan sejarah yang patut dikenang dan diceritakan kembali.(Yuko)
Hi there would you mind sharing which blog platform you’re
working with? I’m going to start my own blog in the near future but I’m having a hard time choosing between BlogEngine/Wordpress/B2evolution and Drupal.
The reason I ask is because your layout seems different then most blogs and I’m looking
for something unique. P.S Sorry for being off-topic but I had to ask!