PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM- Di Pulau Bangka, sebuah nama lama masih sering disebut dalam literatur sejarah: “Bangkakota”. Lebih dari sekadar nama, toponimi ini menyimpan jejak penting pembangunan benteng pertahanan kuno, jalur perdagangan lada dan timah yang strategis, hingga protes keras dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Memahami Bangkakota berarti menelusuri akar sejarah awal mula peradaban dan ekonomi di Pulau Bangka.
Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, sejarawan dan budayawan terkemuka penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, membuka lembaran sejarah di balik Toponimi Bangkakota. Menurut Dato’ Elvian, pada tanggal 13 Februari 1682 Masehi, Pangeran Aria, putra Sultan Abdurrahman, mendirikan benteng pertahanan di Pulau Bangka.
Bangkakota: “Kubu atau Kota” Pertahanan
Benteng atau pertahanan pada masa itu dalam Bahasa Melayu disebut dengan “kubu atau kota”. Jadi, “Bangkakota” secara harfiah berarti “Kubu Bangka” atau “Kota Bangka”. Benteng atau kota yang didirikan di Pulau Bangka ini kemudian diberi nama toponimi Kotabangka atau Bangkakota (Benteng Bangka).
Pendirian benteng ini dilakukan berdekatan dengan sungai yang kemudian diberi nama sama: Sungai Bangka Kota. Peristiwa ini menempatkan lokasi tersebut sebagai pusat penting yang mengintegrasikan pertahanan militer dan akses maritim.
Pendirian Benteng Bangka Kota ini oleh Pangeran Aria bersama satu unit pasukan dari Makassar memiliki tujuan utama. Tujuan pembangunan benteng atau kota ini adalah untuk mengamankan jalur sempit pelayaran dan perdagangan di Selat Bangka yang terletak dekat dengan Bangkakota.
Jalur ini, menurut Dato’ Elvian, sangat vital, terutama untuk perdagangan lada dan timah yang menjadi komoditas utama Bangka.Sebuah catatan lama dari Dagh-Register 13 Februari 1682 Vol.I, hal. 169 mengkonfirmasi hal ini
“Den Pangeran Aria, twee de soon des ouden konings van Palembangs, soude (volgens bericht) met goede informatie en belijt van zijn vader na’t eijlant Banca vetrocken zijn om aldaar aen een reviertje genaemt Banca Kotta een goede hegighte pagger op te werpen en sigh met rooven te behelven, mitgaders alle vijgge weeckene en omwervende Maccassaren van alle platsen, onder belovte van bescherminge na derwaarts materwoon te loocken om door ……”
Intinya, Pangeran Aria berangkat ke Pulau Bangka atas informasi dan petunjuk ayahnya, untuk membangun pagar pertahanan yang kuat di sungai bernama Bangka Kota. Ia juga diduga terlibat dalam aksi “perompakan” dan mendatangkan orang-orang Makassar dengan janji perlindungan untuk menetap di sana.
Menariknya, pembangunan Benteng Bangkakota ini mendapat protes keras dari VOC. Mengapa? Karena VOC menganggap pembangunan benteng dan aktivitas yang menyertainya telah mengganggu jalur perdagangan lada dan timah VOC itu sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal, Bangkakota telah menjadi titik persaingan kepentingan antara kekuatan lokal dan kolonial dalam menguasai sumber daya strategis. Dengan demikian, toponimi “Bangkakota” adalah narasi padat yang menggambarkan ambisi politik dan ekonomi pada masa lampau. Ia adalah simbol pertahanan, pusat perdagangan, dan saksi bisu persaingan kekuatan yang membentuk sejarah Pulau Bangka. Sebuah nama yang tetap relevan, mengingatkan kita pada fondasi sejarah Bangka yang kaya dan dinamis
Hey, I think your site might be having browser compatibility issues.
When I look at your blog in Chrome, it looks fine but when opening in Internet Explorer, it has some overlapping.
I just wanted to give you a quick heads up! Other then that, amazing blog!