Oleh: Bangun Jaya, S.H
Wakil Ketua DPRD Kota Pangkalpinang
PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM-Kisah Prabu Siliwangi dan Patih Jaya Antea adalah cerminan klasik perebutan kekuasaan dalam sebuah kerajaan. Ambisi Jaya Antea untuk merebut tahta, yang dilakukan dengan cara-cara licik dan manipulatif, menjadi sebuah pelajaran berharga tentang betapa rapuhnya sebuah kepemimpinan ketika dihadapkan pada intrik di dalam istana.
Dulu dan Kini. Konsep “mosi tidak percaya” yang digunakan Jaya Antea untuk menggalang dukungan, sejatinya adalah sebuah taktik politik yang masih relevan hingga kini.
Dalam politik modern, mosi tidak percaya seringkali digunakan sebagai alat untuk menggulingkan pemerintahan yang dianggap tidak lagi representatif atau tidak mampu menjalankan tugasnya.
Namun, penting untuk membedakan antara mosi tidak percaya yang didasarkan pada alasan-alasan yang kuat dan rasional, dengan mosi tidak percaya yang didorong oleh ambisi pribadi atau kepentingan kelompok tertentu.
Dalam kasus Jaya Antea, tindakannya jelas didorong oleh nafsu kekuasaan semata, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap stabilitas kerajaan dan kesejahteraan rakyat.
Dari kisah ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting. Seorang pemimpin yang kuat, bijaksana, dan dicintai rakyatnya akan sulit digulingkan, bahkan oleh intrik politik yang paling licik sekalipun. Ambisi yang tidak terkendali dapat merusak tatanan sosial dan politik.
Para pemimpin harus selalu ingat bahwa kekuasaan adalah amanah yang harus digunakan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pergantian kepemimpinan yang tidak dilakukan secara konstitusional dan demokratis dapat memicu konflik dan ketidakstabilan. Dalam konteks politik modern, kita sering menyaksikan perebutan kekuasaan yang melibatkan berbagai macam intrik dan manuver politik.
Kisah Prabu Siliwangi dan Jaya Antea mengingatkan kita bahwa sejarah seringkali berulang. Oleh karena itu, kita perlu belajar dari kesalahan masa lalu agar tidak terjebak dalam siklus yang sama.
Al-Quran surat Al-Furqan ayat 19 dengan tegas melarang perbuatan zalim. Kisah Jaya Antea menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran dalam berpolitik. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini dan membangun masyarakat yang lebih baik.(Yuko)