Menjaga Etika Jurnalistik di Tengah Badai Fitnah Pilkada Ulang 2025

PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM- “Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga”. Peribahasa ini nampaknya sangat pas untuk menggambarkan carut-marut yang tengah terjadi di Pilkada Ulang Kota Pangkalpinang. Di tengah era digital yang serba cepat, informasi hoaks dan kampanye hitam (black campaign) justru makin marak disebar. Tujuannya cuma satu, saling menjatuhkan antar-pasangan calon demi merebut kursi kekuasaan. Sabtu,(23/8)

Ironisnya, alih-alih meredam konflik, klarifikasi yang seharusnya menjadi momen pencerahan justru berujung ricuh. Baru-baru ini, media sosial diramaikan dengan video yang memperlihatkan seorang warga Girimaya, berbaju putih, yang kehadirannya di acara klarifikasi Bawaslu Kota Pangkalpinang justru membuat suasana kacau.

Awalnya, pertemuan ini bertujuan mencari kejelasan terkait isu mundurnya Panwascam Girimaya secara berjamaah. Acara yang dihadiri Ketua Bawaslu Kota Pangkalpinang, Imam Ghozali, dan juga anggota Bawaslu lainnya, serta perwakilan tim pemenangan pasangan calon nomor urut 1 (Zen dan Sarfin) dan nomor urut 2 (Bangun Jaya), seharusnya berjalan lancar.

Namun, di tengah sesi wawancara, tiba-tiba seorang pria yang belakangan diketahui berinisial Pria berbaju putih memotong pembicaraan. Dengan gaya “sok hebat” dan memposisikan diri di barisan wartawan, pria bertubuh tegap itu mengacaukan jalannya klarifikasi.

Hal ini memicu kegeraman dari berbagai pihak, terutama awak media yang merasa tidak dihargai. Sekretaris Aliansi Wartawan Muda Bangka Belitung (AWAM Babel), Ahmad Wahyudi, bahkan secara terang-terangan menyesalkan kelakuan warga tersebut.

“Ini tidak mencerminkan etika seorang yang beradab,” ujar Wahyudi dengan nada kesal.

Kehadiran warga tersebit yang merusak suasana ini kemudian dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk memutarbalikkan fakta. Media sosial, khususnya Facebook, Instagram, dan TikTok, ramai dengan narasi bahwa Bangun Jaya, ketua tim pemenangan paslon nomor urut 2, bersekongkol dengan pria tegap tersebut untuk mengintimidasi Panwascam.

Bahkan, sebuah media online sempat menyebut, “Bangun Jaya Dampingi warga tersebut Musuhi Panwascam.”

Tudingan ini langsung dibantah oleh Ahmad Wahyudi. Menurutnya, posisi duduk Bangun Jaya, Zen, dan Sarfin saat itu berjejer. Sementara pria tersebut yang juga sempat berada di ruangan, berdiri di belakang para awak media.

“Semua mata tertuju pada Bawaslu dan tim paslon, bukan pada warga Girimaya tersebut,” tegas Wahyudi.

“Apa yang terjadi saat ini, seolah-olah Pilkada ini diwarnai intimidasi dan perlakuan tidak baik. Padahal, kehadiran pria berbaju putih bukanlah perwakilan dari paslon manapun.”papar Wahyudi yang hadir di dalam ruangan tersebut dan memilih Walk out

Pesan Wahyudi untuk Semua Pihak
Menjelang masa tenang Pilkada Ulang Kota Pangkalpinang, Wahyudi berharap semua pihak dapat menahan diri. Ia mengimbau agar awak media tidak lagi menyebarkan berita-berita miring yang bisa merusak kondusivitas.

“Mari bersama-sama kita sukseskan Pilkada Ulang Kota Pangkalpinang. Jangan sampai gara-gara satu orang, Pilkada ini terkesan bermasalah dan menjadi sorotan,” pintanya.

Ia mengingatkan, Pilkada Ulang ini hanya terjadi di Bangka Belitung, sehingga semua mata tertuju ke Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka.

“Kita tahu sama tahu, Pilkada lawan kotak kosong sudah berakhir. Jangan sampai intimidasi terus terjadi seolah-olah mendapat perlindungan hukum,” pungkas Wahyudi.

Menurut Wahyudi, tindakan pria berbaju putih tersebut adalah tindakan yang di luar nalar. Ia berharap kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak agar bisa menempatkan diri dan menghargai proses klarifikasi yang sakral.

“Jika ingin melihat, silakan melihat. Jangan merusak suasana,” tegasnya.(Red05)