BANGKA TENGAH, PERKARANEWS.COM – Guncangan hebat akibat aktivitas peledakan bukit oleh PT Tanjung Bukit Nunggal (TBN) dengan menggunakan 1 ton bahan peledak telah memicu kepanikan dan trauma mendalam di kalangan warga RT. 8 Desa Air Mesu Timur, Kecamatan Pangkalan Baru, Bangka Tengah. Rumah-rumah warga rusak, dinding retak, dan kaca pecah berhamburan. Kamis,(31/7)
Kepala Desa Air Mesu Timur, Nomi, membenarkan dampak serius tersebut. “Akibat PT Tanjung Bukit Nunggal melakukan aktivitas ledakan bukit menggunakan bahan peledak 1 ton, rumah warga hancur dan meninggalkan trauma mendalam serta mengganggu masyarakat,” ujarnya.
Seorang warga yang terdampak menceritakan kepanikan yang ia rasakan. “Astaghfirullahaladzim, ya Allah, gentar! Jadi, laptop yang keluar-keluar ngangkat di atas ya. Ya Allah, kaca sama anak-anak sampai macam enggak menentu, ya Allah,” ungkapnya, menggambarkan betapa kuatnya getaran ledakan yang seolah mengguncang dunia mereka.
Warga kini meminta pertanggungjawaban perusahaan. Mereka menuntut perbaikan rumah-rumah yang retak sesuai dengan kesepakatan. Nomi menambahkan
“Warga yang terdampak ledakan rumah retak-retak minta diperbaiki sesuai kesepakatan dengan perusahaan. Dampak memang terasa akibat ledakan yang besar. Sementara trauma ada di sebagian masyarakat.”tegasnya
Pihak PT TBN memberikan penjelasan terkait teknis peledakan yang memicu dampak besar ini. Mereka mengakui menggunakan 1 ton bahan peledak dengan kedalaman 18 meter. “18 meter kedalaman, kita pakai bahan peledak 1 ton. Ini pakai kuat,” terang perwakilan perusahaan.
Mereka menjelaskan secara rinci: “40 karung ya, kan lagi 18 meter waktunya. Kita pakai delay, detonatornya kita pakai di 3 delay, delay 10, sama 13, 14. Untuk dinamitnya kita pakai di 0,3, kita pakai dinamitnya di 3-3, 3 batang-3 batang.”jelasnya
Menurut mereka, getaran dan suara yang sangat kencang disebabkan oleh kedalaman peledakan yang jauh melebihi standar.
“Mungkin yang bisa memengaruhi suara atau tadi getarannya kencang, mungkin dia kedalamannya, mungkin itu di 18 meter,” tambahnya. Mereka membandingkan dengan standar peledakan biasa yang hanya 6 hingga 9 meter, di mana getarannya tidak terlalu terasa.
Meskipun perusahaan telah memberikan penjelasan teknis, hal itu tidak meredam kekhawatiran warga. Salah satu warga tetap menuntut solusi nyata atas kerusakan yang terjadi. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan mitigasi dampak lingkungan yang lebih serius dalam setiap proyek peledakan, terutama yang berdekatan dengan permukiman padat penduduk.(yuko)