BANGKA BELITUNG,PERKARANEWS.COM – Kampung Serdang, sebuah nama yang tak asing bagi masyarakat Bangka Belitung, menyimpan segudang kisah di balik toponiminya. Penamaan desa ini bukan sekadar kebetulan, melainkan berakar kuat dari nama spesifik sejenis pohon, yaitu Kayu Serdang (Livistona), yang mendominasi kawasan tersebut.
Menurut Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, nama Kampung Serdang berasal dari jenis pohon Livistona. Beberapa spesies Livistona yang dikenal sebagai “serdang” antara lain Livistona rotundifolia (serdang biasa), Livistona endauensis (serdang Endau), dan Livistona tahanensis (serdang Tahan). Pohon-pohon ini, yang juga kerap disebut palem atau kombungo, menjadi penanda identitas wilayah Serdang.
Penjelasan H.M. Lange tentang Kampung Serdang di distrik Toboali memberikan gambaran mendalam mengenai kehidupan masyarakatnya. Dalam jarak sekitar 17 paal dari Toboali, terdapat Kampung Serdang yang digambarkan sebagai desa yang rumah-rumahnya, sebagian besar memiliki penampilan yang bagus.
“Dibangun di sekitar sebuah alun-alun besar, di tengahnya berdiri sebuah balai besar dari kayu, sejauh ini yang terbesar yang pernah saya lihat di Bangka,” tulis Lange, mengindikasikan kemakmuran dan keteraturan kampung ini.
Kampung Serdang sangat teratur dan makmur, menandakan pengelolaan yang baik dan kehidupan yang sejahtera bagi penduduknya. Awalnya, kampung ini berlokasi dekat Sungai Kepoh. Namun, pada tahun 1846, sebuah peristiwa penting mengubah nasib Kampung Serdang. Desa ini terpaksa dipindahkan karena menderita serangan laut.
Lange dalam catatannya (1850:95) memberikan detail lengkap mengenai insiden tersebut: “Op dezen weg heeft men, 17 palen van Toboali, de kampong Serdang, waar- van de huizen, die meerendeels een goed aanzien hebben, om een groot vierkant plein gebouwd zijn, in welks mid- den eene groote balei van hout staat, verreweg de grootste welke ik op Banka gezien heb. Deze kampong munt in regelmatigheid en in het voorkomen der huizen uit boven alle andere welke ik zag, en heeft een zeer welvarend aanzien. Zij moet in 1846 veel hebben te lijden gehad van eenen inval van zeeroovers, die vermoedelijk met hunne kleinere vaartuigen de rivier van Kapo waren opgevraagd.”
Terjemahan bebasnya “Di jalan ini, 17 paal dari Toboali, terdapat kampong Serdang, yang rumah-rumahnya sebagian besar berpenampilan baik, dibangun di sekitar alun-alun besar, di tengahnya berdiri sebuah balai besar dari kayu, yang sejauh ini yang terbesar yang pernah saya lihat di Bangka. Kampung ini sangat teratur dan penampakan rumah-rumahnya luar biasa dibandingkan yang lain yang saya lihat, dan memiliki penampilan yang sangat makmur. Pada tahun 1846, kampung ini banyak menderita akibat serangan bajak laut, yang kemungkinan besar datang dengan kapal-kapal kecil melalui Sungai Kapo.”kata Elvian
Peristiwa ini menjadi titik balik sejarah Kampung Serdang, yang kemudian dipindahkan ke lokasi yang lebih aman, jauh dari ancaman serangan laut. Kisah ini tidak hanya memberikan wawasan tentang asal-usul nama Serdang, tetapi juga menyoroti ketahanan dan adaptasi masyarakatnya dalam menghadapi tantangan sejarah. (Yuko)