Sungai Layang. Saksi Bisu Perjuangan Depati Amir dan Jalur Vital Masa Kolonial

BANGKA BELITUNG,PERKARANEWS.COM- Sungai Layang, sebuah nama yang mungkin tak banyak dikenal saat ini, menyimpan sejarah panjang dan peran krusial di masa kolonial Belanda. Menurut Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, sejarawan dan budayawan terkemuka penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, sungai ini dulunya merupakan urat nadi transportasi utama yang menghubungkan bagian tengah Pulau Bangka dengan wilayah utara, khususnya menuju Muntok, ibu kota Keresidenan.Berhulu di Gunung Maras dan bermuara di Teluk Kelabat, Sungai Layang menjadi jalur strategis yang tak luput dari perhatian Belanda.

“Tidaklah mengherankan bila patroli rutin dilakukan Belanda di Sungai Layang maupun di Teluk Kelabat dengan menempatkan kapal uap api bersenjata Onrust dan Tjipanas bersama dua perahu bersenjata,” ungkap Dato’ Akhmad Elvian. Alasannya tak lain karena jalur ini digunakan oleh pahlawan nasional, Depati Amir, untuk memasok senjata dari Singapura, demi perjuangan melawan penjajah.

Pentingnya Sungai Layang bagi Belanda juga tercatat dalam Algemeen Verslag der Ressidentie Banka Over Het Jaar 1850, bundel Bangka Nomor 41. Berdasarkan surat residen Bangka ke Batavia tanggal 5 Februari nomor 297, diusulkan pemetaan topografis secara menyeluruh di Pulau Bangka, termasuk detail Sungai Layang.

Pemetaan ini dilakukan oleh Letnan Laut Uhlenbeck dan hasilnya menunjukkan bahwa Sungai Layang mampu dilalui kapal-kapal kecil hingga jauh ke pedalaman di selatan, timur, dan barat Pulau Bangka.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut, kolonial verslag juga menyingkap adanya penyelidikan kemungkinan pembuatan kanal melalui Sungai Jering, Sungai Semubur, Sungai Layang, dan Sungai Merawang.

Proyek ini bertujuan membuka jalur air di pedalaman dari arah selatan menuju barat dan timur laut Pulau Bangka, menunjukkan betapa vitalnya konektivitas perairan bagi Belanda.

Nama “Sungai Layang” sendiri, menurut Dato’ Akhmad Elvian, berasal dari nama generik Sungai dan nama spesifik Layang, yang merujuk pada Burung Layang atau Klayang dari famili Hirundinidae.

Toponimi ini menambah kekayaan narasi historis yang melekat pada sungai yang menjadi saksi bisu perjuangan Depati Amir dan geliat transportasi di masa lalu.(Yuko)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *