BANGKA,PERKARANEWS.COM– Potensi ekonomi tersembunyi dari sisa pengolahan timah, atau yang dikenal sebagai tailing, di Bangka Belitung ternyata jauh lebih besar dari yang terlihat. Di balik tumpukan pasir sisa tersebut, terkandung zirkon, monazit, dan logam tanah jarang yang bernilai tinggi, bak harta karun yang siap diolah. Namun, ironisnya, kontribusi perusahaan pengelola sisa timah terhadap pendapatan daerah masih menjadi sorotan tajam.
Empat perusahaan besar bergerak di bidang pengelolaan sisa pasir timah di Bangka Belitung: PT BBSJ, PT PPM, PT BCP, dan PT CAL. Dari keempatnya, hanya PT PPM yang tercatat menyetorkan royalti pengelolaan timah ke kas daerah, dengan nilai fantastis Rp 2 miliar.
Informasi internal yang berhasil dihimpun menunjukkan bahwa tiga perusahaan lainnya PT BBSJ, PT BCP, dan PT CAL belum diketahui apakah aktivitas pengelolaan produksi hingga penjualan mereka pernah dilaporkan ke pemerintah daerah. Kondisi ini memperuncing permasalahan seputar tata kelola mineral ikutan seperti zirkon, yang menjadi komoditas berharga di Bangka Belitung.
Para pelaku usaha besar di balik pengelolaan sisa timah ini, disayangkan, terkesan abai terhadap tanggung jawab mereka. Meskipun telah memproduksi dan menjual ribuan ton pasir zirkon ke luar Pulau Bangka, kontribusi signifikan terhadap pembangunan daerah masih dipertanyakan.
DPRD Provinsi Bangka Belitung turut menyoroti permasalahan ini. Pada Kamis (19/6), Komisi III DPRD Babel mengungkapkan bahwa dalam sidak ke PT BBSJ, ditemukan ratusan ton pasir sisa pengolahan timah (tailing) yang kaya akan zirkon, monazit, dan logam tanah jarang.
“Perusahaan tersebut (PT BBSJ) tidak menambang, melainkan mendapatkan bahan baku dari mitra PT Timah dan pelaku usaha meja goyang di wilayah Babel,” ungkap Yogi Maulana saat dikonfirmasi awak media.
Temuan ini semakin menegaskan bahwa harta karun mineral berharga yang terkandung dalam tailing di Bangka Belitung belum sepenuhnya memberikan dampak positif bagi pembangunan provinsi.
Potensi miliaran rupiah royalti yang seharusnya masuk ke kas daerah seolah menguap, meninggalkan cerita tentang kekayaan yang belum terjamah sepenuhnya.(Yuko)