PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM – Meski negara telah menjamin hak setiap warga negara untuk menempuh pendidikan hingga wajib belajar 12 tahun, sistem terbaru Penerimaan Peserta Didik Baru (SPMB) Tahun 2025 justru menyisakan sejumlah permasalahan.Terutama terkait zonasi yang diatur pemerintah pusat maupun daerah.
Perlu diketahui, zonasi PPDB terbagi empat macam: domisili, afirmasi, prestasi, dan mutasi. Pemerintah juga telah menetapkan persentase cakupan penerimaan siswa baru Tahun Ajaran 2025-2026 sebagai berikut.
1.Domisili: 50%
2.Prestasi: 25%
3.Afirmasi: 20%
4.Mutasi: 5%
Namun, fakta di lapangan justru sungguh mengecewakan, khususnya bagi orang tua calon siswa baru di beberapa SMA di Kota Pangkalpinang. Banyak orang tua merasa kecewa dan terhina dengan perkataan panitia pelaksana SPMB 2025-2026. Hal ini dinilai mematahkan semangat mereka untuk menyekolahkan anak-anak di sekolah negeri.
Salah satu orang tua murid, sebut saja Rita, mengaku sangat tersinggung dengan pernyataan panitia di salah satu SMA di Pangkalpinang.
“Kalau kami hanya mengandalkan domisili siswa yang terdekat tanpa menekan angka, maka banyak siswa-siswa bodoh yang akan masuk ke SMA kami,” tiru Rita, menirukan perkataan panitia yang membuatnya geram.
Padahal, secara aturan dan perintah yang telah ditetapkan, pemerintah telah menyiapkan jalur prestasi sebesar 25% untuk menjaring siswa-siswa berprestasi. Sementara jalur domisili dikhususkan bagi warga sekitar yang beradius kurang lebih 10 km atau kurang, agar bisa mengenyam pendidikan di SMA impian mereka karena faktor kedekatan dengan rumah.
Ironisnya, pemerintah baik itu kabupaten/kota maupun provinsi telah menegaskan bahwa tidak ada lagi yang namanya sekolah favorit, sekolah ternama, atau sekolah unggulan. Semua sekolah rata dan sama. Namun, pengalaman pahit justru dialami orang tua siswa baru di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Pangkalpinang, yang dinilai sangat menyesatkan.
Saat dikonfirmasi, Harun, Kabid Penerimaan Siswa SMA yang membidangi PPDB SMA, memberikan tanggapan tegas.
“Sabar. Yang ngomong tuh dak punya hati nurani dan dak paham dengan tugas sebagai guru,” tegas Harun. Selasa,(24/6)
Lebih lanjut, Harun memastikan akan menindaklanjuti permasalahan ini. “Besok saya tindaklanjuti,” tutupnya.
Semoga kisruh SPMB zonasi ini segera menemukan titik terang, demi keadilan pendidikan bagi seluruh anak bangsa.(Yuko)