PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM– Sebuah kampung tua di jantung Kota Pangkalpinang menyimpan segudang kisah dan misteri yang kini mulai terkuak. Kampung Dalam Pangkalpinang, atau yang dulunya dikenal sebagai Native Village, bukan sekadar pemukiman biasa, melainkan saksi bisu perjalanan panjang sejarah Bangka Belitung.
Berdasarkan penuturan Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, Kampung Dalam memiliki posisi strategis di sisi selatan Sungai Rangkas dan timur Kampung Bintang. Berbatasan langsung dengan Kampung Melintang dan Kampung Djeloetoeng, kampung ini telah ada jauh sebelum kemerdekaan, bahkan tercatat dalam dokumen topografis Belanda sejak tahun 1928-1929.
Salah satu ikon penting di Kampung Dalam adalah Masjid Jamik. Dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 Hijriah atau bertepatan dengan 18 Desember 1936 Masehi, masjid ini tak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga penanda penting dalam kronologi sejarah kampung. Masjid Jamik yang megah menjadi bukti kuat keberadaan komunitas Muslim yang telah lama menetap di wilayah ini.
Yang menarik dari Kampung Dalam adalah asal-usul namanya. Dato’ Akhmad Elvian menjelaskan bahwa toponimi “Dalam” tidak semata-mata mengacu pada letak geografis. Sejarah mencatat, sekitar tahun 1933-1936, penduduk Kampung Tuatunu mendirikan pemukiman baru di wilayah ini dengan nama yang sama dengan kampung asalnya, yaitu Kampung Tuatunu.
Namun, di era Belanda, wilayah ini mendapatkan sebutan spesifik “Dalam”. Hal ini karena bentuk perkampungan baru yang didirikan Belanda pada tahun 1851 atau setelah Perang Bangka, dipimpin oleh Depati Amir. Letak Kampung Dalam yang berada di sisi “dalam” atau di bagian belakang jalan baru yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda, menjadikannya dikenal sebagai Kampung Dalam.
Dengan demikian, nama “Dalam” menyimpan narasi sejarah yang kaya, menggambarkan bagaimana perencanaan tata kota kolonial Belanda turut membentuk identitas sebuah komunitas. Kampung Dalam Pangkalpinang, dengan segala sejarah dan misterinya, menjadi pengingat penting akan jejak-jejak peradaban yang membentuk Bangka Belitung hari ini.(Yuko)