Memitri Alam Adalah Solusi Untuk Kerusakan Ekologis Babel

Membuat karya kecil dengan hati yang besar

PANGKALPINANG,PERKARANEWS — Sepinya undangan yang hadir pada Seminar Lingkungan Hidup di gedung Pasir Padi Lt 3 kantor Gubernur Babel tanggal 22 Feb 2025 tidak mampu menghalangi lahirnya khasanah berupa probiotik yang di butuhkan Babel saat ini.

Dimulai dengan penyerahan tanaman buah produktif secara simbolik kepada perwakilan pelajar SD N 10, SMP N 1 dan SMK 1 serta perwakilan mahasiswa di Pangkalpinang seminar ini berjalan dengan gagah membelah kebuntuan asa.

Perubahan iklim yang pasti terjadi dan semakin membesar di kupas dengan lugas dan renyah oleh Prof.Dr. Iskhaq Iskandar, M,Sc, lalu komitmen ekonomi berkelanjutan pun dihantarkan lengkap dan nyaris sempurna oleh rektor UNIPER, Dr. Suhardi, S,E, selanjutnya keuntungan dengan adanya bakteri yang tersisa di lahan pasca tambang adalah keuntungan besar bagi Babel di hantarkan penuh makna oleh Prof. Dr. Kabelan Kurnia, M.si

Restorasi ekologis secara holistik yang kami gagas dalam Gerakan Babel Menanam adalah solusi mederat dalam bingkai Memitri alam untuk Babel maju berkeadaban, ujar Hafiz Hanif selaku ketua Yayasan Hijau Biru Negeriku.

Artinya kekurangan – kekurangan kewajiban dari pelaku tambang yang mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat aktifitas tambang baik yang dilakukan oleh BUMN maupun swasta maka Gerakan Babel Menanam dapat dijadikan sebagai jawaban.

Babel saat ini membutuhkan komitmen besar yang harus dilakukan secara bersama – sama guna merecovery 167.000ha lahan kritis dan 500.000ha potensi kritis. Kata kunci nya adalah recovery ( mengembalikan fungsi tanah ) dan bukan reklamasi.

Sebagai data awal bahwa dalam pencabutan Kontrak Karya PT. Koba Tin terdapat salah satu indikator yakni adanya kegagalan reklamasi.

Penimbunan, perataan dan penataan yang menjadi kegiatan pokok dalam reklamasi memang dirasa masih jauh dari berkeadaban bahkan cenderung khianat terhdap lingkungan karena tidak terdapat kegiatan pengembalian fungsi tanah. Inilah yang harus dijadikan sebagai gugatan utama oleh kita semua masyarakat Bangka Belitung saat ini terhadap kerusakan ekologis.

Berdaulat atas segala sumber daya alam adalah goal yang diharapkan dari seminar ini, lanjut Hafiz penuh semangat.

Saat ditanya oleh tim media tentang prahara pertimahan yang saat ini lagi viral, Hafiz ketua Yayasan Hijau Biru Negeriku menjawab dengan datar dan santai. Kalau bicara tentang kedaulatan tambang maka kembalikan saja kepada aturan yang ada, kata Hafiz. Fungsikan secara maksimal Inspektur Pertambangan dalam tata kelola pertambangan timah niscahya tidak akan terjadi prahara ini, lanjutnya.

Bagaimana dengan peran Kawan – kawan APH tanya tim media ?

sejatinya kawan – kawan APH baru dapat masuk pada areal pertambangan apabila ada pelanggaran hukum. Artinya dari mulai perencanaan penambangan sampai pasca tambang yang termuat dengan jelas dalam RKAB menjadi tugas dan wewenang IP dalam mengawasinya dan bukan APH, clear kan jawab Hafiz dengan lugas.

Terakhir kata Hafiz sebagai kesimpulan dari seminar ini ada dua rekomendasi, pertama adalah dalam waktu singkat Yayasan Hijau Biru Negeriku bekerjasama dengan profesor Kabelan Kurnia akan melakukan riset terakait “ bakteri apa yang masih tersisa di pasir pasca tambang”, karena jika riset ini berhasil menemukan masih ada bakteri yang bertahan hidup di lahan pasca tambang maka sudah pasti bakteri ini sangat kuat dan harus segera dikembangbiakan guna mempercepat pengembalian fungsi tanah, kedua harus segera dibentuknya tim adhoc yang bertugas memitigasi persoalan Babel saat ini. Tugas utama tim adhoc adalah menjahit atau menyatukan pilar – pilar yang ada di Babel untuk kemudian dijadikan sebagai kekuatan dalam menjawab tantangan yang dihadapi Babel saat ini.(Yuko)