JAKARTA,PERKARANEWS.COM – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kepemimpinan inklusif merupakan kunci dalam menciptakan kemaslahatan bagi masyarakat. Menurutnya, model kepemimpinan ini telah terbukti dalam sejarah peradaban manusia dan selaras dengan ajaran Islam.
“Dalam sejarah peradaban manusia, kepemimpinan yang inklusif telah terbukti membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Islam sendiri telah memberikan teladan yang relevan dalam hal ini,” ujar Menag Nasaruddin Umar dalam pertemuan dengan delegasi The International Partnership on Religion and Sustainable Development (PaRD) di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (04/02).
Ia mencontohkan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang menjunjung tinggi nilai keadilan, kasih sayang, dan keberpihakan terhadap kelompok rentan.
“Kepemimpinan yang tidak hanya bersandar pada otoritas, tetapi juga pada uswah hasanah, keteladanan yang membawa manfaat dan maslahat bagi semua,” lanjutnya.
Menurut Menag, kepemimpinan inklusif harus memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang agama, suku, atau status sosial, memiliki akses yang sama terhadap layanan publik. Kementerian Agama sendiri telah menerapkan prinsip ini dalam kebijakan-kebijakannya, termasuk layanan keagamaan yang inklusif bagi semua lapisan masyarakat.
“Program penguatan Moderasi Beragama, misalnya, bertujuan untuk membangun sikap keberagamaan yang menghargai perbedaan, menolak ekstremisme, sekaligus memperkuat kerukunan umat beragama,” jelasnya.
Sebagai bagian dari upaya menciptakan sistem yang lebih inklusif, Kementerian Agama juga memfasilitasi layanan ibadah bagi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.
“Kami juga terus memperkuat kerja sama dengan organisasi keagamaan untuk memastikan bahwa keberagaman dalam praktik beragama dapat berjalan harmonis dalam bingkai kebangsaan. Dalam ajaran Islam, ada prinsip yang disebut maslahah mursalah, yang memastikan bahwa semua layanan keagamaan dapat diakses secara adil dan merata,” terang Menag.
Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai tokoh internasional, termasuk perwakilan dari World Council of Churches, World Vision, Humboldt University, dan United Sikh UK. Dari pihak Indonesia, turut hadir Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin, serta staf khusus Menteri Agama yang membidangi kerukunan dan layanan keagamaan.
Melalui kerja sama dengan berbagai pihak internasional, Menag berharap prinsip kepemimpinan inklusif dapat menjadi bagian dari upaya global dalam menjaga perdamaian dan keberagaman.(Yuko)