BANGKA,PERKARANEWS – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Herman Suhadi menghadiri pembukaan gelaran pentas Festival Seni Budaya Islam 2023 atau yang lebih di kenal dengan Festival Kemuja yang diselenggarakan oleh masyarakat desa Kemuje di Lapangan bola desa Kemuje, Kecamatan Mendo Barat, Kab. Bangka, Selasa (19/9/2023) malam.
Kegiatan tersebut memperlombakan lima cabang lomba; Rudat, Rebana, Dambus, Hadrah dan, Barzanji/Muhayyan dan akan berlangsung selama 5 hari mulai dari tanggal 19-23 September 2023.
Ketua DPRD Provinsi Kep. Babel mengatakan, Festival ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh masyarakat desa Kemuja tiap tahunnya dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dakwah Islam tak harus disampaikan dalam bentuk ceramah oleh para ulama. Seni tradisi juga sebagai salah satu instrumen dalam mensyiarkan agama Islam.
“Adat dan Budaya adalah jati diri kita, selain itu juga seni budaya dapat menjadi alat atau sarana syiar islami kepada anak-anak kita,” ujar Herman.
Kegiatan seperti ini harus diperkenalkan kembali kepada kaum milenial kita yang saat ini mulai tergerus oleh kemajuan teknologi. Sehingga generasi kedepannya akan memiliki kepribadian atau karakter yang berpegang teguh terhadap kebudayaan bangsa khususnya budaya melayu.
“Dengan Festival Kemuje ini kita harapkan lebih banyak lagi para pelaku seni tradisi yang memperkenalkan budaya melayu di setiap daerah yang ada di Provinsi Kep. Babel,” harapnya.
Sementara itu tokoh masyarakat dan budaya Ahmadi Sofyan Festival budaya islam karena tidak lepas dari sejarah dan akar budaya desa kemuja sebagai desa santri yang mengangkat harkat dan martabat manusia melalui budaya melayu dan desa kemuje hadir menjadi lem perekat bagi bangsa Indonesia.
“Ketika kita bicara budaya, maka budayalah yang menjadi lem perekat Indonesia,” ucapnya.
Karena menurutnya yang pertama kali dapat menjatuhkan negeri ini salah satunya adalah dengan menghilangkan akar budaya masyarakatnya.
Lebih jauh, ia mengatakan akar budaya daerah akan menjadi surut dan redup bahkan hilang ketika tidak ada lagi kegiatan-kegiatan yang mengangkat budaya itu sendiri dan generasi muda tidak dikenalkan pada budaya serta pemerintah juga sudah tidak menjadi peduli.
Terlebih lagi generasi muda kita saat ini lebih mengenal dengan game, media sosial, tiktok namun mereka tidak mengenal lagi akar kebudayaan daerah tempat mereka dilahirkan.
“Untuk itu Festival budaya islam ini, apapun yang terjadi dan bagaimanapun nantinya tidak boleh tidak ada,” tutupnya. (Yuko)