Darwis Sekjen PW NU Babel Tegaskan Tidak Pernah Keluar Dari Mulut Masmuni Menolak Nama Masjid H. Romawi Latif Diganti Masjid Al Fatih

PANGKALPINANG,Perkaranews.com- Ramainya pemberitaan tentang adanya penolakan nama H. Romawi Latif untuk dijadikan nama sebuah masjid diatas lahan wakaf kepada Institut Agama Islam Negeri Syaikh Abdurrahman Sidik Bangka Belitung.
Menurut sahabat dekat dari Masmuni dan juga Seketaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Babel, Darwis tidak ada kata-kata yang keluar dari Masmuni Mahatma mengantikan atau menolak nama Masjid H. Romawi Latif menjadi Masjid Al Fatih. Selasa,(28/3)

Awak media mencoba menghubungi dan meminta klarifikasi pemberitaan kepada Wakil Rekor IAIN Syaikh Abdurrahman Sidik dan juga Ketua PWNU Babel Masmuni Mahatma melalui no telpon 0822 8139 30XX tapi sayang hanya dibaca dan tidak dibalas, walaupun berkali-kali dihubungi tidak diangkat

Untuk itu wartawan Perkaranews.com mencoba menghubungi sahabat dekat dari Masmuni Mahatma dan juga Seketaris PWNU Babel Darwis mengatakan dirinya pernah menanyakan dan mendikusikan setelah kehadiran Menteri Agama RI tentang rencana peletakan batu pertama pembangunan sebuah masjid di desa Petaling atau lahan IAIN Syaikh Abdurrahman Sidik yang diwakafkan oleh H. Romawi Latif.

“Pada saat itu, persiapan kemudian ada isu-isu dan gerakan demo segala macam tidak dalam posisi “Penolakan”, kemudian muncul dari salah satu pihak keluarga yang menanyakan tentang lahan yang diwakafkan oleh keluarganya. Dalam kesempatan itu muncul perdebatan nama untuk masjid yang akan didirikan,”ungkap Darwis

Selanjutnya Darwis juga menegaskan sebagai sahabat Masmuni juga meminta klarifikasi apakah nama H. Romawi Latif ini sudah pernah dibahas dalam rapat pimpinan yang terdahulu itu ternyata tidak ada usulan nama tersebut

“Sahabat Masmuni menyebutkan dari awal Rapim di IAIN “Tidak ada” nama Masjid H. Romawi Lafip, maka diadakan lah Rapim pada masa Retor IAIN yang baru ini diadakan lagi Rapim yang mana didalamnya pimpinan di IAIN itu termasuk Masmuni Mahatma. Menurut sahabat saya Masmuni tidak pernah keluar dari lisannya pribadi, yang menjadi hasil Rapim sehingga muncul lah nama masjid tersebut Al Fatih menjadi kesepakatan,” tegas Sekjen PWNU Babel

Ketika disinggung wartawan Perkaranews.com mengenai seperti apa Sekjen PWNU Babel mengenal sosok dari H. Romawi Latif. Darwis menyebutkan H. Romawi Latif adalah salah satu warga yang baik karena telah mewakafkan lahan untuk pembangunan masjid

“Kalau dari segi generasi kita jauh berbeda ya. Saya melihat beliau sungguh orang tua yang luar biasa dengan mewakafkan tanahnya untuk IAIN dan masjid, betul-betul sebagai tokoh babel. Tapi kalau secara detil sejarah perjuangan saya tidak terlalu paham secara utuh tentang H. Romawi Latif,” ucapnya

Wartawan Perkaranews.com juga menanyakan Darwis yang notabennya adalah seketaris PWNU Babel apakah PWNU setuju jika nanti nama dari hasil rapim IAIN masjid Al Fatih menjadi nama Masjid H. Romawi Latif dengan adanya dukungan atau desakan dari tokoh adat, tokoh agama dan pemuda Babel. Darwin menjawab sebagai generasi penurus mendukung dan memberikan penghargan sebagai bentuk terimakasih dari sisi pemberian atau mewakafkan lahannya untuk pembangunan tempat pendidikan dan kemajuan keagaman tersebut

“Secara pribadi saya setuju untuk mengusulkan kepada Rapim untuk mengakomodir nama masjid yang akan dibangun menjadi Masjis H. Romawi Latif.tapi secara organisasi PWNU Babel tentu ada mekanisme tidak bisa semerta-merta keputusan pribadi saya menjadi keputusan oraganisasi karena harus dibahas bersama-sama,” sebutnya

Diakhir wawancara Darwis mengatakan bahwa kita tidak bisa menjustic sesorang karena ada kepentingan satu orang atau kelompok dan golangan sehingga menjadi pembahasan diluar IAIN itu sendiri untuk mendapatkan dukungan hingga melakukan tindakan yang sudah diluar kontek permasalahan tersebut

“Saya tegaskan nama Masjid Al Fatih tersebut tidak pernah keluar dari mulut Masmuni itu sendiri, tapi kenapa yang muncul dipemukaan nama Masmuni Mahatma. Itu yang harus diluruskan dulu dan jangan dibangun sebuah opini kebencian kepada seseorang. Padahal orang tersebut tidak melakukannya. Mari kita selesaikan hal ini dengan baik, tidak kemudian mengiring opini yang salah,”tutupnya.(Yuko)