Bambang Patijaya Soroti ‘Jurus Mabuk’ Donald Trump dan Geopolitik Global Usai Dilantik Ketua IKAL Babel

BANGKA,PERKARANEWS.COM– Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Patijaya, melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan Amerika Serikat di bawah mantan Presiden Donald Trump, menyebutnya sebagai “jurus mabuk” yang memicu perang tarif. Pernyataan ini disampaikannya usai resmi dilantik sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, bersamaan dengan pelantikan empat provinsi lain, di Hotel Santika, Jumat (25/7).

Dalam sambutannya, Bambang Patijaya menyoroti upaya pemerintah Indonesia untuk semakin mandiri, terutama dalam sektor energi, guna mengurangi ketergantungan pada minyak. Ia memaparkan bagaimana persoalan ekonomi menjadi sangat krusial, terlebih dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang telah berlangsung sejak 2016-2017.

“Amerika dengan jurus mabuknya Donald Trump kemudian melakukan tindakan-tindakan perang tarif,” tegas Bambang. Ia menguraikan bagaimana kebijakan ini berdampak pada Indonesia, termasuk permintaan pembelian energi, bahan pangan, dan pesawat Boeing dari AS, yang diiringi dengan penurunan tarif ekspor Indonesia.

Meskipun demikian, Bambang Patijaya menjelaskan bahwa beberapa kesepakatan tersebut sebetulnya bukan hal baru bagi Indonesia. “Kalau kita panggil 15,5 miliar dolar, kalau hari ini komitmennya adalah 15 miliar, berarti kita tidak ada 15 miliar dolar. Itu adalah masalah. Dulu pun kita terlalu tinggi,” ujarnya, merujuk pada pembelian energi.

Bacaan Lainnya

Demikian pula dengan pembelian pesawat Boeing dan impor komoditas seperti kedelai dan gandum yang sudah lama berjalan. Lebih lanjut, Bambang Patijaya menggambarkan bahwa situasi global saat ini “tidak baik-baik saja”.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Ukraina, menurutnya, merupakan rentetan persoalan masa lalu yang sengaja diciptakan pihak tertentu yang tidak menginginkan transisi ekonomi global menuju energi bersih (clean energy).

“Clean energy maka yang berkembang itu adalah energy storage, jadi storage artinya energy battery,” jelas Bambang. Ia menambahkan bahwa perkembangan ini tidak diinginkan oleh Amerika Serikat, yang kemudian memicu letupan-letupan konflik.

Komitmen Amerika terhadap Paris Agreement dan clean energy pun dinilai telah pudar, seiring dengan peningkatan produksi minyak AS yang kini mencapai 12 juta barel per hari, melebihi produksi OPEC.

Kondisi ini, kata Bambang, menjadi alasan mengapa Amerika Serikat menarik diri dari berbagai organisasi internasional seperti WTO dan UNESCO, demi melindungi ekonominya.

Menuju Indonesia Emas dan Peran IKAL Babel
Di tengah dinamika global ini, Bambang Patijaya menegaskan bahwa Indonesia memiliki misi ambisius menuju Indonesia Emas, dengan target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Peran IKAL Babel menjadi sangat penting dalam mendukung pembangunan ini, khususnya di Bangka Belitung, dengan memberikan pemikiran dan kontribusi nyata.

Ia berharap ekonomi Bangka Belitung tidak hanya bergantung pada sektor pertambangan, melainkan juga sektor lain seperti perkebunan, khususnya kelapa sawit yang telah menunjukkan geliat ekonomi positif bagi masyarakat. Bambang juga menyebut program pemerintah seperti Koperasi Merah Putih yang akan menggerakkan ekonomi di daerah.

Penetapan 28 komoditas strategis oleh pemerintah, yang tidak hanya terkait pertahanan tetapi juga produk perkebunan seperti sawit, cokelat, dan kopi, akan menjadi fokus pengembangan yang diharapkan dapat memberikan pertumbuhan dan nilai ekonomis bagi masyarakat.

“Tentunya bagi kita semua stakeholder berikun dan IKAL, ya kita harap kita dapat bersama-sama memberikan kontribusi,” pungkas Bambang Patijaya, menandaskan komitmen IKAL Babel untuk turut serta dalam memajukan daerah.(Yuko)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *