Toponimi Kampung Songliau dan Hauliau. Jejak Tungku Timah Inggris di Bangka

PANGKALPINANG, PERKARANEWS.COM – Sejarah pertambangan timah di Pulau Bangka menyimpan banyak kisah menarik, salah satunya terkait toponimi atau asal-usul nama tempat. Dato’ Akhmad Elvian, seorang sejarawan terkemuka, kembali menguak fakta sejarah penting mengenai Tungku Peleburan Timah pada masa kekuasaan Inggris di Bangka (1812-1816).

Data ini diperkuat oleh informasi dari Buku Sejarah dan Mata Uang Bangka 1740-1813 karya Puji Harsono (2017, hal. 82) yang menyebutkan keberadaan tungku peleburan timah di Bangka.
Pada periode tersebut, wilayah Jebus dikenal sebagai distrik penghasil timah yang sangat produktif. Berdasarkan “Map of the Island of Banka Compiled from Remarks and Materials Collected during a Journey Through the Island Annexed to a Report on the same and Addressed to the honourable Thomas Stamford Raffles ESQ.RE Lieutenant Governor of the Island of Java and its dependencies by his most obedient servant tho. Horsfield,” terungkap setidaknya ada tiga tambang besar di Jebus. Tambang-tambang tersebut berlokasi di stocade of Seka (Utara Mampang village), Soongie Tangoo (Barat Daya stocade of Klabbet), dan Secam Taynam (Timur Batin Sungaiboolo dan Barat lower furnace).

Peta yang sama juga menunjukkan keberadaan dua tungku timah (tempat peleburan timah), yaitu upper furnace dan lower furnace. Kedua tungku ini strategis terletak antara stocade of Klabbet dan stocade of Soongie-boolo. Posisi inilah yang kemudian berkembang menjadi Kampung Poupoutan Atas dan Kampung Poupoutan Bawah.

Sebelum tahun 1870 Masehi, peleburan bijih timah di Pulau Bangka umumnya menggunakan teknologi tungku atau tanur Cina. Orang-orang Cina di Jebus menamai Kampung Puputan Atas dengan sebutan Songliau dan Kampung Puputan Bawah dengan nama Hauliau.

Bacaan Lainnya

Toponimi “Puput” sendiri, menurut Dato’ Akhmad Elvian, berasal dari nama spesifik tungku peleburan timah masa Inggris yang disebut “Furnace”, yang oleh masyarakat Bangka kemudian disebut “Puput”.

Penggunaan tungku atau tanur Cina ini memerlukan arang kayu dalam jumlah besar untuk pembakaran, sehingga cadangan hutan atau kayu menjadi sangat vital. Menariknya, pada awal kekuasaan Inggris di Jebus, sempat terjadi kekacauan di kalangan penambang. Mereka menolak menambang dan melebur timah.

Hal ini disebabkan oleh tata kelola dan distribusi timah yang belum teratur akibat masa transisi, di mana Pemerintah Inggris tidak lagi menggunakan Sultan Palembang, tumenggung, para depati, dan para demang sebagai perantara dalam tata niaga timah.

Penjelasan Dato’ Akhmad Elvian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana jejak sejarah, khususnya pada masa Inggris, telah membentuk nama-nama tempat yang kita kenal saat ini di Bangka. Keberadaan furnace timah menjadi kunci penamaan Kampung Songliau dan Hauliau, sekaligus mengingatkan kita pada dinamika awal industri timah di pulau ini.(Yuko)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *