Saksi Bisu Heroisme Depati Amir. Tadjaubelah, Medan Pertempuran Dahsyat yang Mengukir Sejarah

PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM– Nama Tadjaubelah mungkin tak asing bagi sebagian besar masyarakat Bangka Belitung, namun tak banyak yang tahu bahwa lokasi ini adalah saksi bisu pertempuran paling sengit dan terbesar antara pasukan kolonial Belanda melawan laskar pejuang rakyat yang dipimpin langsung oleh Depati Amir. Sebuah kisah heroik yang terukir dalam rentang tahun 1848-1851 Masehi, saat semangat perlawanan membara di Bumi Serumpun Sebalai.

Secara geografis, posisi Tadjaubelah sangat strategis, terletak di antara Kampung Lukok di Timur Laut, Kampung Titi Medang di Barat Laut, Kampung Titi Puak di Barat Daya, dan Kampung Petaling di Tenggara. Lokasinya yang dikelilingi kampung-kampung ini menjadi medan krusial dalam upaya penjajah memadamkan api perjuangan Depati Amir.

Dato Akhmad Elvian, DPMP, seorang Sejarawan dan Budayawan Babel terkemuka, menjelaskan detail pertempuran dahsyat di Tadjaubelah.

“Dalam pertempuran di daerah Tandjaubelah, pasukan Depati Amir yang bermarkas di daerah Tampui dan Moendar dikepung ketat oleh pasukan Belanda dari markas militernya di berbagai penjuru, seperti Kampung Bakam, Tiangtara, Ampang, dan Pangkalmancung,” ungkap Dato Elvian.

Bacaan Lainnya

Tidak hanya itu, pasukan Belanda dari Distrik Pangkalpinang bergerak maju menghadang pasukan Depati Amir di daerah Tadjaubelah, sementara dari arah Kampung Layang, pasukan Belanda lainnya bersiaga di sekitar Kampung Mabed. Strategi pengepungan ini dirancang untuk mencegah laskar Depati Amir melarikan diri ke wilayah Bakoong, Cempurak, Mendara/Menareh, Lukok, Kimak, dan Depak.

Meskipun dalam kondisi terkepung dari berbagai arah, pasukan Depati Amir tidak menyerah. Mereka menunjukkan semangat juang yang luar biasa dengan bergerak ke selatan, menyusup melalui daerah Tanabawa untuk bergabung dengan pasukan di Moendar, dan terus maju menuju Tadjaubelah. Di sinilah, kontak senjata dan pertempuran sengit tak terhindarkan dengan pasukan Belanda dari Distrik Pangkalpinang.

Pertempuran di Tadjaubelah memakan korban besar di kedua belah pihak. Dengan segala keterbatasan persenjataan dan amunisi, pasukan Depati Amir terpaksa menyingkir ke daerah Depak, bergabung dengan anak pasukan lainnya yang dipimpin oleh Awang.

Sayangnya, di medan laga Tadjaubelah, pengorbanan besar harus diterima. Panglima perang pasukan Depati Amir, Bujang Enggak, gugur sebagai kusuma bangsa. Tak hanya itu, panglima perang lainnya, Dahan, mengalami luka parah hingga kehilangan tangannya.

Nama “Tadjaubelah” sendiri memiliki asal-usul yang unik dan erat kaitannya dengan sejarah lokal. Toponimi ini berasal dari frasa spesifik “tajau yang belah”. Tajau sendiri merujuk pada tempayan atau tempat air besar yang terbuat dari tanah liat, sebuah simbol keseharian masyarakat yang kini menjadi penanda lokasi pertempuran bersejarah.

Kisah Tadjaubelah adalah pengingat penting akan kegigihan dan semangat pantang menyerah para pahlawan Bangka dalam mempertahankan tanah air dari cengkraman penjajah. Sebuah warisan sejarah yang patut terus dikenang dan dipelajari oleh generasi penerus.(Yuko)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *