BANGKA TENGAH,PERKARANEWS.COM- Jejak sejarah di Pulau Bangka memang tak ada habisnya untuk diulik. Salah satu penemuan menarik adalah asal-usul toponimi (nama tempat) Kampung Kulur yang ternyata memiliki kaitan erat dengan kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada abad ke-17. Lebih dari sekadar nama, di balik nama Kampung Kulur tersimpan sebuah perjanjian penting antara VOC dengan tokoh lokal yang patut diketahui.
Menurut Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, Sejarawan dan Budayawan Terkemuka Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, mengutif catatan kuno Dagh-Register tanggal 22 Agustus 1668, seorang utusan VOC bernama Jan de Harde tiba di Pulau Bangka. Saat itu, ia menemukan banyak orang di daerah yang kini dikenal sebagai Sungai Coloör (Kulur).
Kedatangan VOC ini bukan tanpa tujuan. Mereka rupanya berharap menjadi pelindung dan berniat membuat perjanjian dengan penduduk setempat. Tak butuh waktu lama, pada tanggal 25 Agustus 1668, sebuah perjanjian bersejarah pun ditandatangani. Perjanjian ini melibatkan sekitar 12 kepala rakyat Bangka.
Salah satu tokoh penting yang menandatangani perjanjian tersebut adalah Batin Papagou (kemungkinan besar yang dimaksud adalah Batin Paku). Batin tidak lagi berurusan dengan wakil Sultan Palembang setelah Kesultanan Banten tidak lagi berkuasa di Pulau Bangka. Ini menunjukkan pergeseran kekuatan politik yang signifikan di wilayah tersebut pada masa itu.
Menariknya, dokumen Dagh-Register tanggal 15 September 1668, halaman 158, juga mengungkapkan bahwa perjanjian yang sebelumnya ditandatangani dengan Sampaora dibatalkan. Pembatalan ini terjadi setelah Jan de Harde bertemu dengan beberapa penguasa Pulau Bangka.
Kontrak perjanjian yang kemudian dilaksanakan (dibuat) di Sungai Coloör (Kulur) Bangka Timur diketahui oleh masing-masing pihak dan ditandatangani pada tanggal 25 Agustus 1668.
Penguasa daerah Bangka, di bawah pimpinan Jan de Harde, memerintahkan bawahannya untuk berusaha keras membantu para batin agar terbebas dari penderitaan di bawah kekuasaan Palembang.
Ini menunjukkan adanya upaya VOC untuk mengambil hati para penguasa lokal dan memperkuat posisi mereka di Bangka.
Asal-Usul Nama “Kulur” yang Unik
Lantas, dari mana asal nama “Kulur” itu sendiri? Toponimi Kampung Kulur ternyata berasal dari nama spesifik kayu Kayu Kulur (Artocarpus spp). Penamaan tempat berdasarkan flora yang dominan di suatu wilayah adalah hal yang lazim dalam sejarah penamaan daerah.
Kisah Kampung Kulur ini menjadi pengingat bahwa setiap nama tempat memiliki ceritanya sendiri, yang seringkali berkaitan erat dengan peristiwa sejarah, tokoh penting, atau bahkan kekayaan alam di sekitarnya. Dengan menelusuri jejak-jejak ini, kita dapat lebih memahami kekayaan budaya dan sejarah yang tersembunyi di setiap sudut Bangka Belitung.(Yuko)