Ketua Komisi III DPRD Prov Kep Babel Sosialisasi PP No 3 Tahun 2019 di Kelurahan Tanjung, Sampaikan Tradisi Nganggung Menggunakan Dulang yang Sudah Sangat Jarang Ditemui

Bangka Barat,PerkaraNews.com – Ketua komisi III DPRD provinsi Kep. Bangka Belitung (Babel) Adet Mastur menyampaikan bahwa saat ini tradisi Nganggung sudah sangat jarang ditemui di kota-kota yang ada di provinsi Kep. Babel.

Hal ini disampaikannya pada saat melakukan Penyebarluasan Perda nomor 3 tahun 2019 tentang Pelestarian Kebudayaan Daerah di kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat, Sabtu malam (26/02).

“Budaya Nganggung ini adalah budaya Kep. Babel yang sudah hampir punah terutama di daerah perkotaan,” ucap Adet.

Saat ini tradisi Nganggung mulai mengalami perubahaan karena perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat, sehingga bergesernya nilai-nilai sosial yakni sikap kegotong-royongan dan kebersamaaan masyarakat Kep. Bangka Belitung.

Bacaan Lainnya

Dimana sebelumnya tradisi nganggung menggunakan dulang yang dibawa dari rumah masing-masing, kini sudah mulai bergeser dengan membawa nasi kotak, rantang dan sejenisnya.

“Budaya Nganggung ini sendiri adalah budaya asli kep. Babel yang harus kita jaga, kita lestarikan dan kita abadikan. Jadi jangan menggunakan rantang, jangan menggunakan nasi kotak, karena kite Nganggung pasti pakai dulang,” cetusnya.

Nganggung sendiri biasanya diselenggarakan pada acara perayaan hari besar agama Islam dan acara tahlilan apabila ada salah satu warga yang meninggal dunia.

Menurutnya budaya ataupun tradisi seperti inilah yang harus dijaga dan dilestarikan guna menumbuh kembangkan minat wisatawan masuk ke provinsi kep. Babel.

Sependapat dengan Adet, Kepala bagian Fasilitasi dan Pengawasan Sekretariat DPRD provinsi Kep. Babel Eko Sentosa mengatakan bahwa budaya nganggung yang merupakan ciri khas dari masyarakat kep. Bangka Belitung memiliki nilai-nilai spritual dan sosial seperti silaturahmi, memperkuat persaudaraan, dan kegotong-royongan.

“Satu kata yang dapat kita ambil dari budaya nganggung yaitu kebersamaan,” ucap Eko.

Nilai-nilai kebersamaan inilah yang harus dijaga oleh pemerintah dan masyarakat Kep. Babel. Dan tantangan terbesar budaya melayu saat ini adalah derasnya arus teknologi dan kebiasaan baru.

Pengaruh teknologi yang begitu besar dapat membuat anak-anak kita menginginkan sesuatu yang instan, sehingga kebersamaan yang sudah diturunkan secara turun-menurun oleh nenek moyang kita dahulu melalui budaya nganggung itu sendiri lambat laun akan punah.

Untuk itulah ini menjadi tugas kita bersama untuk mengajarkan dan dan mengajak anak-anak kita untuk membiasakan dirinya hidup dalam kebersamaan. Pemerintah dengan regulasinya dan kita para orang tua untuk mengajarkan dan mengarahkan anak-anak kita.

“Yoo kite ajak anak-anak kita semua menghargai nilai-nilai kebudayaan (Nganggung) ini dan jangan sampai sikap-sikap ‘dak kawa nyusah’ dan ‘dak retak’ menjadi kebiasaan baru buat anak-anak kita,” tutupnya. (R5/RLS)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *