Petik Pelajaran Berharga Di Tahun 2021 Dari Mereka Yang Kita Anggap Tertinggal

Jakarta PN.COM – Salah satu tolok ukur  prestasi sebuah Negara atau Pemerintah Daerah di satu Kewilayahan adalah bila mampu menyajikan laporan Tentang Indeks Prestasi Kesejahteraan dan Keamanan dengan baik, namun khusus untuk masa sekarang ini, tentunya harus ditambah dengan tingkat kesehatan masyarakat terhadap Pandemi covid 19.

Berdasarkan hasil analisis, ternyata tidak ada satupun wilayah di negeri ini yang tidak terkena penularan wabah pandemi covid 19 tersebut.

Kondisi ini tentunya berdampak dengan masalah kesejahteraan dan keamanan, justru tingkat kriminalitas sebagai salah satu indikator  stabilitas  keamanan malah semakin  tinggi. 

Demikian juga pada indikator  tingkat kesejahteraan masyarakat indeksnya sangat memprihatinkan, sampai-sampai negara harus Mensubsidi Khusus Masyarakatnya, dan hal ini sebagaimana kita ketahui bersama sudah berlangsung hampir 2 tahun ini.

Keadaan ini pun memaksa stakeholder atau pemerintah berpikir keras untuk mengatasinya agar kebijakan negara dilakukan benar efektif dan tepat sasaran, dan ini bukan di NKRI saja tapi dimanapun di setiap penjuru dunia tanpa terkecuali.

Tidak ada satu negara atau wilayah pun yang tidak terkena dampak dari wabah pandemi covid 19 ini, secara otomatis berdampak pada tingkat keamanan dan kesejahteraan masyarakatnya. Namun saya rasa  tidak perlu kita bahas secara angka dan statistik di forum ini.

Meskipun kenyataanya kita alami bersama saat ini  sesungguhnya merupakan musibah dunia yang luar biasa.

Lalu pertanyaannya? Sekiranya adakah satu wilayah yang tingkat kesejahtraanya tetap stabil,  Kriminalitasnya tetap terjaga aman dan tentrem, demikian juga dengan kesehatanya terpelihara tidak terdampak ?

Bila ada satu kampung atau wilayah yang seperti itu dikondisi saat ini, bukankah itu merupakan  sebuah prestasi yang  Luar biasa ? yang perlu di beri penghargaan khusus dan patut di beri acungan jempol tidak hanya satu tapi ful dengan 2 jari,  agar kita semua  bisa meniru menjadikan sebagai acuan untuk bisa belajar dan bercermin dari mereka.

Tidak dipungkiri  ternyata wilayah  tempat tersebut  yang menjadi objek pembahasan tulisan saya ini, fakta memang  ada !, real benar-benar ada, dan berhasil kita identifikasi.

Lantas, dimanakah beradanya wilayah atau  kampung tersebut ?  

Berdasarkan penelusuran yang berhasil kami telusuri, dan kami temukan ternyata wilayah yang tidak terdampak memang benar

ada, terletak di suatu kawasan wilayah yang disebut ‘kampung’, dan  dikenal dengan sebutan sebagai ‘Kanekes, di Kabupaten Pandeglang Banten’.

Kampung itu ternyata tidak jauh dari ibukota negara kita. Kawasan perkampungan itu yakni merupakan Kampung Adat yang dikenal sebagai ‘Urang  BADUY’

Pada tahun 2021, kami pun berkesempatan melakukan silaturahmi ke tokoh adat/masyarakat di kampung adat Baduy. Dan saat itu kami sempat bertanya kepada  salah satu ‘Puun’ Kampung Baduy.

Berapa angka Kriminalitas di tahun ini (tahun 2021), jawabanya sangat mencengangkan : 0% alias Nihil. 

Kemudian kami pun bertanya lagi, berapa orang yang terdampak covid 19? jawaban-nya juga sama : Nihil alias , 0 % .

Lalu kami lanjut bertanya lagi, berapa orang yang kelaparan tidak bisa makan, jawabanya lebih diluar ekspektasi kita dan sungguh spektakuler, yang disampaikan dalam bahasa daerah ; ‘Di Leuit kami moal beak keur dahar 2 tauneun (di gudang beras kami masih cukup cadangan persediaan untuk makan sampai 2 tahun lagi ?). 

Tak hanya di kampung Urang Baduy saja, kami pun melanjutkan silaturahmi ke kampung-kampung tradisional lainnya di Jawa Barat yang masih kental menjaga adat istiadatnya. 

Seperti kami yang telusuri di kampung-kampung adat lainnya, yakni di Kampung Naga Tasikmalaya, Kampung Dukuh Garut, dan Kampung Kuta Ciamis.

Masih dengan pertanyaannya yang sama, ternyata jawabanya cukup mencengangkan, dan persis sama dengan ‘Puun’ yang ada di Kanekes Baduy Kabupaten Pandeglang Banten. 

Ternyata di negeri kita masih banyak kampung-kampung tradisional yang menjaga adat istiadat dari leluhurnya tidak berdampak dengan wilayahnya ada pandemi covid 19 ini. 

Dalam tulisan ini maka dari di tahun Baru 2022 ini, saya sengaja memakai Baju Pangsi, Bajunya masyarakat Adat Sunda, sebagai bentuk penghargaan saya yang setinggi-tingginya dan yang setulus- tulusnya terhadap mereka-mereka Masyarakat Adat BADUY dan Masyarakat Adat Lainya di Nusantara Khususnya Masyarakat Adat yang ada di Jawa Barat – Banten yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata lagi, karena banyak pelajaran yang kami dapatkan.

Dan saya malu dengan diri saya sendiri, yang kadang sok merasa paling pintar, yang sok merasa paling modern, yang sok merasa paling jago, paling tahu, paling bisa, paling kuasa, paling segalanya dan lain-lain. 

Ternyata hari ini saya harus banyak belajar dari mereka, yang ada di depan mata kita, dan tidak jauh dari kita, yang sering kita lupakan dan kita anggap biasa-biasa saja, padahal mereka punya adat tradisi ajaran yang kita anggap kuno, ketinggalan jaman, yang ternyata saat ini terbukti, tidak tergoyahkan oleh resesi ekonomi bahkan pandemi covid 19 sekalipun.

Hal ini membuat saya sadar bahwa sesungguhnya kita harus banyak belajar banyak dari mereka yang tidak kita dapatkan dalam pendidikan formal di perguruan tinggi.

Kampus hanyalah tempat menggali sebuah teori, tapi universitas yang sesungguhnya ada dalam kehidupan nyata, dan hari ini kita harus belajar banyak dari kearifan dan tradisi masyarakat adat yg ada di sekeliling kita.

Masih terngiang ucapan dan jawaban dari mereka kenapa wilayah atau kampung mereka tidak terdampak oleh resesi, kriminalitas bahkan pandemi covid sekalipun, ketika saya berdialog di Kampung Kanekes. 

Kajeun kami mah Rek Ngajaga Alam bae, kusabab geuning Ayeuna loba manusa anu palinter tapi naha ari Alam malah beuki loba nu ruksak, Ngajaga Alam mah geuning teu cukup ku pinter. Boro boro kami bisa ngarewong, angot ngahuhuruwan mah, da nu sok ngahuhuruan mah lain agama, agama mah ayana di Kahadean. Agama nu kudu milaku jeung lampah. Anu bakal jadi kahadean urang sakabeh, Leuweung ulah dibukbak Gunung ulah dilebur  Sagara ulah di rempag, Mipit kudu amit ngala kudu menta, Jaga tina panyakit Kudu apik jeung berseka..” ceunah Bapak Kolot

(Pesan untuk menjaga alam ; Biarkan lah kami yang akan menjaga alam, karena saat ini ternyata banyak orang pandai, tapi kenapa Aalam malah semakin rusak, ternyata untuk menjaga Alam itu tidak cukup dengan hanya sebuah Kepintaran).

Tersirat pesan mereka, kemanapun bisa terjaga karena semua itu berdasar pada perilaku yang baik kita sendiri, ajaran kami mah bukan tidak berani mengoreksi orang lain apalagi sampai memprovokasi. Dan itu tidak ada dalam kamusnya, karena ajaran agama itu, bagi kami hanya mengajarkan tentang kebaikan.

Tentunya agama akan selaras dengan adab sopan santun, dan yang akhirnya pasti bermuara dari kita prilaku yang baik, karena jika tidak berperilaku baik itu bukan lagi sebagai ajaran agama. 

Dengan dasar adab prilaku yang baiklah yang menyebabkan kami jadi aman, dan sebagai penguatan untuk menjaga alam dan kesehatan.

Mereka juga berpesan agar : 

Hutan jangan ditebang, Gunung jangan digali, Danau jangan sampai kering. 

Jika ingin memulai sesuatu harus tertib, harus kulo nuwun, pamitan dan minta izin. Jaga kebersihan agar kita tetap sehat.

Tulisan ini sebagai renungan bagi saya, kami dan kita dalam menjalani aktivitas dan kehidupan di tahun 2022, agar kita dapat memetik pelajaran dan pengalaman berharga di tahun 2021, dan tidak melakukan kepada mereka-mereka yang telah menjaga alam ini dengan mengimplementasikan adab dan adat-istiadat dalam kehidupannya. 

Akhir kata saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2022, semoga di tahun 2022 kita semua mendapat Rahmat & Keberkahan dan bisa bisa menjadi lebih baik dari tahun 2022. Aamin YRA. (*)

Penulis : Dr H Anton Charliyan Mpkn

Editor : Rikky Fermana, S.IP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *