Makam Said Abas Ibnu Ali Al Athas. Jejak Ulama dan Negosiator Berkaliber di Pulau Lepar

PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM – Di balik rimbunnya kaki Bukit Penyengat Benteng Penutuk Pulau Lepar, tersimpan jejak sejarah yang memukau. Tiga makam tua berdiri kokoh, namun hanya satu yang menyimpan rahasia nama pada nisannya. Sebuah ukiran Arab yang menua berbunyi: “1268 Hijriah, Said Abas Ibnu Ali Al Athas.”

Informasi ini diungkap oleh Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, seorang Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia ternama. Menurutnya, makam tersebut adalah tempat peristirahatan terakhir Said Abas Bin Ali Al Athas, yang wafat pada tahun 1268 Hijriah atau bertepatan dengan 1851 Masehi. Pertanyaan besar pun mencuat siapa sebenarnya sosok Said Abas Bin Ali Al Athas yang dimakamkan di pesisir Pulau Lepar, menghadap langsung ke Selat Lepar dan Pulau Bangka, dekat dengan lokasi yang dikenal masyarakat Kampung Penutuk sebagai Tanah Merah?

​Penelusuran pada catatan Koran Belanda Utrechstche Provinciale en Stads Courant tanggal 9 Oktober 1844 memberikan pencerahan. Di sana disebutkan: “……en eenen zendeling van tenen Arabier Said Abas genamd, die zich, om ruilhandel te drijven al daar bevond.” Baris ini mengindikasikan bahwa Said Abas adalah seorang ulama penyebar Islam keturunan Arab yang juga dikenal aktif dalam perdagangan barter.

​”Jadi, Said Abas Bin Ali Al Athas bukan hanya seorang ulama, tetapi juga seorang ahli negosiasi dan perdagangan barter yang mumpuni,” terang Dato’ Akhmad Elvian. Kemampuannya dalam bernegosiasi terbukti dalam beberapa peristiwa penting.

Bacaan Lainnya

​Berita awal di Utrechstche Provinciale en Stads Courant tahun 1844 juga merinci peran vital Said Abas dalam negosiasi pertukaran 34 awak kapal atau Wangkang dari Siam bernama Kim Soen. Kapal tersebut terdampar di Pulau Sambong atau Pulau Turan dekat Kepulauan Belitung pada 23 Februari 1844 dan kemudian dirampok oleh Panglima Dapan dari Lingga. Dalam konteks ini, Said Abas memainkan peran penting dalam negosiasi pembebasan dan barter para awak kapal.

​Tak hanya itu, peran negosiasi Said Abas juga terlihat saat awak kapal Merimon kandas di Terumbu Karang Alceste. Ia berhasil membebaskan mereka dari tangan perampok melalui proses barter.

​Sebuah berita dari Javasche Courant tanggal 18 Oktober 1851 bahkan mencatat bahwa Said Abas Bin Ali Al Athas diketahui tinggal di Kampung Goenong, sebuah perkampungan asli di Pulau Lepar.

Keberadaan makam ini menjadi pengingat akan jejak seorang ulama dan negosiator ulung yang memiliki peran signifikan dalam sejarah Pulau Lepar. Warisan Said Abas Bin Ali Al Athas patut terus digali dan dijaga sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan sejarah dan budaya Bangka Belitung.(Yuko)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *