Drama Tak Terduga Mewarnai Rapat Paripurna DPRD Babel, Musani Sebut Pimpinan Sidang Tak Paham Aturan

PANGKALPINANG,PERKARANEWS.COM- Drama tak terduga mewarnai Rapat Paripurna DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada masa persidangan kedua tahun 2025. Agenda penyampaian laporan hasil reses yang seharusnya berjalan khidmat, justru diwarnai protes keras dan teriakan tidak terima dari sejumlah anggota dewan. Puncaknya, Politisi PKS Dapil Bangka Selatan, Musani, tak kuasa menahan kekesalannya hingga berteriak di podium pintu keluar ruang rapat, menuding pimpinan sidang tak paham aturan dan asal buka saja. Jumat,(23/5)

Kejanggalan dimulai ketika enam dari tujuh fraksi DPRD Babel meminta rapat paripurna ditunda. Mereka merasa dilecehkan karena aspirasi masyarakat yang telah mereka kumpulkan melalui reses seolah tak dihargai. Tiga politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi garda terdepan dalam mengkritik keras jalannya persidangan yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD Babel, Edy Nasapta.

Suasana yang biasanya tenang dan hikmat, kali ini berubah menjadi gonjang-ganjing antar anggota dewan. Protes untuk menunda paripurna dilayangkan oleh Dodi Kusdian dari PKS. “Paripurna ini terkesan tidak ada maknanya. Apa yang akan kita sampaikan dalam paripurna hasil reses adalah aspirasi masyarakat,” tegas

Dodi, sembari meminta agar paripurna ini dibatalkan saja karena tidak sesuai dengan prosedur yang selama ini berlaku.
Senada dengan Dodi, Aksan Firmansyah juga meminta agar paripurna ditunda. Ia menyoroti banyaknya OPD yang tidak hadir dan hanya diwakili oleh Pelaksana Tugas (Plt) Asisten Gubernur Bangka Belitung.

Bacaan Lainnya

“Kami menilai, apa yang diparipurnakan hari ini tidaklah bermakna dan terkesan mempermalukan DPRD Bangka Belitung,”cetusnya

Namun, klimaks dari drama ini adalah aksi Musani dari PKS Dapil Bangka Selatan. Mencak-mencak dari tempat duduknya, Musani berjalan menuju podium pintu keluar dengan wajah merah padam. Ia meluapkan kekecewaannya karena apa yang dilakukan oleh pimpinan sidang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Seharusnya sidang ini dilihat dulu seperti apa baru dilaksanakan. Ia sangat kecewa karena pimpinan sidang tidak membaca dan juga meneliti surat-surat yang masuk,” ujar Musani.

Musani menegaskan bahwa paripurna seharusnya belum dibuka sebelum masalah-masalah terkait kesiapan diselesaikan.

“Jika ini bermasalah, kenapa harus dibuka atau paripurna dibuka?” seru Musani, yang terus bersuara keras bahkan ketika pimpinan sidang berupaya menunda sementara waktu sidang tersebut.

Insiden ini jelas menunjukkan gesekan serius antara anggota dewan dengan pimpinan sidang, yang mempertanyakan profesionalisme dan pemahaman aturan dalam penyelenggaraan rapat penting ini.

Sementara itu, Pimpinan sidang paripurna Edy Nasapta menjelaskan apa yang harus dilakukan hari ini harus diselesaikan karena waktunya hari ini terakhir

“Ini sangat penting untuk di paripurnakan, hari ini waktu terakhir. Jadi kita sama-sama paham dan sudah dilaksanakan Paripurnanya walaupun tadi sempet dua kali ditunda semuanya berjalan lancar”pungkasnya.(Yuko)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *